{SunMin couple} First Meet

~Hyesun’s POV~

 

“Hyesun ah!” panggil Seung hoon oppa dari halaman rumah kami sambil melambaikan tangannya cepat.Wajahnya terlihat sangat cerah.

 

“Ada apa oppa?” tanyaku sambil berlari perlahan menuruni anak tangga yang tersusun rapi dari pintu utama rumah kami sampai ke halaman depan tempat Seunghoon oppa berada.

 

“Kita punya tetangga baru!” seru Seunghoon oppa.

 

Jeongmal?”

 

***

 

Seunghoon oppa berjalan terlebih dahulu memasuki pelataran rumah yang berada tepat disebelah rumah kami. Dulunya ada sepasang suami istri yang tinggal disini tapi beberapa bulan yang lalu mereka pindah rumah karena suaminya mendapat tugas dinas di Incheon. Rumah ini sempat terbengkalai beberapa bulan tapi tadi oppa memberitahuku bahwa kami punya tetangga baru itu artinya rumah ini tak akan menganggur lagi.

 

Rumah bercat coklat muda itu memiliki dua lantai, dilantai dua terdapat balkon yang memiliki pemandangan langsung ke taman kompleks. Gaya arsitektur-nya minimalis namun sangat khas korea di bagian dalamnya itu yang terakhir kali kutahu, entahlah penghuni baru rumah ini akan mengubahnya atau tidak.

 

“Hyesun ah ppaliwa!” Seunghoon oppa menarik tanganku, memintaku lebih cepat berjalan. ”Oppa kalau kau mau aku berjalan secepat dirimu kenapa kau tidak gendong saja aku dipunggungmu?” bujukku manja, aku sangat menyukai punggung Seunghoon oppa. Rasanya sangat nyaman dan hangat.

 

“Aiiiissshh….kau itu sudah kelas 3 SD mau sampai kapan kau bermanja-manja pada oppa?” Seunghoon oppa berhenti sejenak tepat didepan pintu, dia tersenyum kearahku. Lalu kedua tangannya ditempelkannya pada kedua pipiku yang sudah ratusan kali bahkan ribuan kali dia sentuh seperti ini. Aku sudah hafal benar apa yang terjadi setelah ini “Hyesun ah kau tahu? Pipimu itu membuatku gemas” Seunghoon oppa menekan, mmm…Lebih tepatnya mencubit pipiku sedikit. Tapi tentu saja bagiku itu terasa sakit meskipun sedikit.

 

Kajja!” Seunghoon oppa berjongkok dihadapanku, menyodorkan punggungnya yang nyaman untukku. Dugaanku tepat, aku memberikan pipiku untuknya dan dia memberikanku punggungnya,punggungnya yang selalu kurindukan.

 

Gomawo oppa.” kataku sambil melompat kegirangan menaiki punggung Seunghoon oppa. “Aigoo, yeosaeng-ku ternyata bertambah berat.”godanya.

 

“Tapi oppa tak akan menolakku kan meskipun beratku menjadi seberat gunung?” kataku penuh percaya diri.

 

Oppa mana yang sanggup menolak yeosaeng semanis kau princess.”

 

“Kekekekeke…” kekehku pelan.Aku memang sangat beruntung memiliki oppa seperti Seunghoon oppa, oppa saranghae.

 

***

 

Seunghoon oppa menahan tubuhku dengan satu tangannya sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk membuka pintu rumah tetangga baru kami, aku melilitkan erat kedua tangan mungilku kelehernya agar tak jatuh.

 

Pintu terbuka dan terlihatlah sepatu appa dan eomma yang terpampang manis di ruang depan rumah tetangga baru kami. “Jatuhkan saja sandalmu Hyesun ah!” kata Seunghoon oppa dan aku menurutinya, sandal Hello Kitty ku mendarat dilantai tak beraturan sedangkan Seunghoon oppa sibuk mengganti sepatunya dengan sandal rumah yang disediakan di dekat pintu depan-mereka belum punya rak sepatu sepertinya-tapi ada sepatu yang ukurannya hampir sama dengan ukuran kakiku meski dari modelnya aku tahu pasti itu sepatu anak laki-laki. “Sepertinya kau akan punya teman baru.” Seunghoon oppa menolehkan sedikit kepalanya kearahku yang ada dipunggungnya, rupanya Seunghoon oppa juga berpikiran sama denganku.

 

“Aku akan punya teman baru, pasti menyenangkan.” benakku.

 

Seunghoon oppa menaikkan tubuhku yang mulai merosot dan terus menggendongku berjalan tak tentu arah mencari orang tua kami yang sudah pasti sedang beramah-tamah dengan tetangga baru, kami melewati sebuah ruangan yang penuh dengan rak-rak berisi buku. Perpustakaan?

 

Pasti pemilik rumah yang baru sangat menyukai buku sampai-sampai mereka meletakkan perpustakaan di depan. Bukannya ruang tamu seperti kebanyakan rumah lain, aku bersyukur keluargaku tergolong dalam kategori normal.

 

Aigoo~ Hyesun ah kau jangan terus-terusan meminta Seunghoon untuk menggendongmu seperti itu…” kami ada di ruang tamu setelah kami melewati perpustakaan tadi, berbeda dengan perpustakaan tadi yang terbilang cukup luas ruang tamu ini malah terlihat sedikit sempit. Kami benar-benar memiliki tetangga yang unik rupanya.

 

“Kemari” eomma melambaikan tangannya kearah kami menandakan bahwa aku sudah harus turun dari punggung Seunghoon oppa. Seunghoon oppa perlahan-lahan berjongkok untuk menurunkanku, aku menapakkan kakiku satu persatu kelantai dan mulai menekuk wajahku. Aku memang tak suka saat diminta turun dari punggung Seunghoon oppa, semua pasti tahu itu.Aku ralat, tetangga baru kami tentu belum tahu.

 

“Ini putriku satu-satunya namanya Choi Hyesun yang itu putraku satu-satunya Choi Seunghoon” eomma menyambutku lalu bicara kepada sepasang suami istri yang duduk tak jauh dari appa dan eomma, mereka kelihatan sedikit lebih muda dari appa dan eomma. Suami-istri itu nampak antusias menyambutku yang dari tadi hanya mematung berdiri didepan mereka tak tahu apa yang harus dilakukan.

 

Kyeoppta,” kata ahjuma itu sambil tersenyum, ahjuma ini manis sekali saat tersenyum meski dengan kacamata yang bertengger dihidungnya. “Siapa namamu tadi anak manis?” tanya ahjussi disebelah ahjuma tadi, mereka sama-sama berkacamata. Aku sedikit ngeri, melihat tebalnya kacamata mereka dan perpustakaan tadi aku bisa menyimpulkan mereka sekeluarga adalah kutu buku. Tiba-tiba saja bulu kudukku berdiri, aku tak siap bergaul dengan orang-orang kutu buku seperti mereka.Pasti aku mati kebosanan karena setiap waktu hanya menghabiskan waktu didepan buku.”Choi Hyesun imnida.

 

“Hyesun? wah, nama yang bagus!”

 

Kamshahamnida.”

 

“Kau kelas berapa?”

 

“Kelas 3“

 

Jinjjayo?”

 

Ne.”

 

“Kalau begitu yeobo berarti dia seumuran dengan anak kita!” seru ahjuma itu pada suaminya.

 

Ne…” jawab suaminya, benarkah dia seumuran denganku? Tadinya aku sangat antusias menyambut tetangga baru kami yang ternyata memiliki anak yang sebaya denganku, tapi melihat latar belakang keluarga mereka yang bersahabat erat dengan buku rasanya semua keantusiasanku hilang, kalau bisa sekarang aku ingin berlari pulang kerumah mengunci diri dikamar bermain bersama koleksi boneka-bonekaku yang lebih menarik dari pada buku. Aku benci buku!

 

“Changmin ah, kemari nak!” panggil ahjuma itu dengan suaranya yang bervolume besar. Beberapa menit berlalu namun tak ada yang datang.

 

“Changmin ah!!” kali ini ahjuma itu sedikit berteriak. Aku melirik ahjuma itu sekilas, apa semua ibu-ibu memang sama seperti ini. Mereka bisa kelihatan lembut namun juga bisa terlihat menakutkan, sama seperti eomma kalau aku tak menurutinya untuk tidur siang.

 

Ne…” ada suara menyahut, lalu ada suara derap langkah yang terburu-buru menuruni anak tangga.

 

Dari dalam rumah muncul sosok anak laki-laki yang sebaya denganku namun wajahnya terlihat tidak seperti orang korea kebanyakan, dia memakai T-shirt cream dengan celana hitam. Dia memegang buku ditangannya-sudah kuduga mereka sekeluarga memang memiliki hobby yang sama-tapi aku bersyukur dia tidak berkacamata, dia terlihat lumayan normal. Tidak seperti orang tuanya yang terlihat sangat kutu buku.

 

“Kau akan punya teman baru, namanya Choi Hyesun!” ahjuma itu memegang bahuku, mereka memintaku untuk mendekat kearah dia,siapa namanya tadi? Changmin?

 

Annyeong…” sapaku ragu sambil menggoyangkan tanganku pelan sejenis lambaian tangan tapi aku rasa itu tidak mirip lambaian tangan sama sekali karena aku sedikit memaksakan diri. Aku tak tahan dengan tatapan Changmin yang seakan ingin menelanku bulat-bulat, bahkan bibir sebelahnya nampak sedikit terangkat membuat wajahnya terlihat penuh dengan protes.

 

“Choi Hyesun imnida.” aku mendekatinya. Mencoba meraih tangannya untuk bersalaman, paling tidak aku bisa pulang setelah aku menjabat tangan bocah tengik ini.

 

Don’t touch me!” katanya sambil mundur beberapa langkah.Tatapannya seakan-akan aku ini wabah penyakit menular.

 

Ne?” dia bicara sesuatu yang tidak aku mengerti.

 

Pabo! Aku tadi bilang jangan sentuh aku! Eomma aku tidak mau berteman dengan orang yang bodoh seperti dia, aku ke kamar lagi ya eomma aku belum selesai membaca buku ini.” kata Changmin sambil menggoyang-goyangkan buku ditangannya.

 

“Aiiiisssh…kau itu selalu saja bicara seenaknya. Jeosonghamnida!” ahjuma itu meminta maaf kepada appa dan eomma.

 

“Cisshh..lagi pula siapa yang mau berteman denganmu” aku menjulurkan lidahku pada namja sombong itu. Apa hanya karena dia bisa berbicara dengan bahasa asing itu keren? Apa itu bisa disebut pintar? Kau namja tengik!

 

***

 

“Hyesun ah ireona!” suara Seunghoon oppa yang memiliki khas sedikit berat itu selalu menyapa pagiku, dia yang selalu membangunkanku dan mengurusiku tiap pagi karena appa dan eomma pasti sudah berangkat kerja. Ah, kenapa hari minggu itu singkat sekali aku masih ingin dirumah bersama appa, eomma dan tentu saja kakak kesayanganku Seunghoon oppa.”Kali ini kita hanya sarapan toast, gwenchana?”tanya Seunghoon oppa sambil berjalan kearah kasurku dengan mengenakan celemek birunya.

 

Gwenchana oppa.” kataku sambil sedikit menggeliat dikasur meregangkan sedikit otot-otot di pagi hari, sesekali mulutku menguap menandakan aku masih ingin tidur lebih lama, tapi tentu saja Seunghoon oppa akan marah kalau aku bolos sekolah. Aku tak suka oppa marah.

 

“Segeralah mandi, oppa menunggumu untuk sarapan. Setelah itu kita bersama-sama berangkat ke sekolah,” Seunghoon oppa berjalan kesudut kamarku, mengambil handuk lalu kembali kehadapanku sambil menyerahkan handuk ditangannya. ”Kajja!” katanya sambil mencubit pipiku gemas.

 

***

 

Aku memasukkan buku-buku yang berserakan di meja belajar kedalam tas ransel hitamku, aku sudah selesai mandi dan berganti baju. Setelah menyusun jadwal untuk hari ini hanya tinggal sarapan saja jadi aku bisa berangkat kesekolah bersama dengan Seunghoon oppa, tiap pagi berjalan kaki sambil bergandengan tangan dengan oppa-mu kesekolah bukan kah itu terdengar sangat menyenangkan?

 

Usia kami memang terpaut lumayan jauh, sekitar tujuh tahun. Sekarang Seunghoon oppa sudah berada di kelas 1 SMU sedang aku kelas 3 SD. Tapi kami tak pernah merasakan usia kami yang terpaut jauh itu sebagai halangan, justru aku sangat nyaman karena Seunghoon oppa dapat menjagaku dengan baik. Aku akan memberinya gelar ‘Oppa terbaik di dunia’ jika memang ada kontes seperti itu.

 

“Akhirnya, ayo cepat nanti kita bisa terlambat !” Seunghoon oppa sudah duduk manis di kursi ruang makan kami, dia sudah rapi dengan seragam SMU yang sangat cocok ditubuhnya yang tinggi.

 

“Kenapa dia ada disini oppa?” tanyaku sinis sambil mengerucutkan bibirku menatap seorang bocah yang tengah asyik makan bersama Seunghoon oppa, dia terlihat seperti iblis kecil dimataku.

 

Morning.” kata namja tengik itu sambil terus menyantap toast dengan saus maple-nya. Lagi-lagi bicara bahasa asing, kau itu pamer sekali iblis kecil.

 

“Changmin akan berangkat sekolah bersama kita, tadi ahjuma dan ahjussi mengantarkannya kemari. Kau harus baik padanya, diakan belum hafal jalanan disini jadi mulai sekarang kau harus menemaninya kemana-mana , arraseo?” mataku membelalak lebar, aku harus menemaninya kemana-mana? bukankah itu artinya aku menjadi pelayannya? Oppa, aku sungguh tak menyangka kau akan bicara seperti itu. Kau menyerahkan adikmu sendiri kepada iblis kecil seperti dia.

 

“Duduklah, oppa sudah mengoleskan strawberry jam di toast mu”

 

***

 

Iblis kecil itu membuatku kehilangan kesempatan pagi ini untuk menggandeng tangan Seunghoon oppa seperti biasanya, Seunghoon oppa menyuruhku untuk berjalan di depan sendirian sedangkan iblis kecil itu yang mendapat posisi kehormatan menggandeng tangan Seunghoon oppa. Aku semakin bertambah sebal saat menengok kearah belakang dan mendapati iblis kecil itu bisa tertawa begitu lepas bersama Seunghoon oppa, bagus. Sekarang aku merasa seperti seorang adik tiri yang kesepian sedang berjalan sendiri di tengah kebahagiaan dua orang saudara kandung yang berjalan di belakangnya.

 

Aku bisa terima jika Changmin berangkat ke sekolah bersama kami karena dia pasti belum tahu dimana sekolahnya berada, tapi… KENAPA HARUS BERGANDENGAN TANGAN DENGAN SEUNGHOON OPPA???

 

“Awas!”

 

Butuh waktu dua detik bagiku untuk kemudian menyadari bahwa ada tong sampah yang hampir kuseruduk karena terlalu asik menyemburui kedekatan dua namja di belakangku, tapi beruntungnya aku. Seunghoon oppa sempat menarikku hingga aku tidak perlu terjerembab masuk ke dalam tong sampah yang melekat kuat ke trotoar jalan itu, mengingat ukuran tubuhku yang hampir sepadan dengan tong sampah itu.

 

Gwenchana?” Seunghoon oppa menyeka debu yang kini ada di kedua tanganku karena setelah oppa menarikku agar tak terjerembab masuk ke dalam tong sampah tadi aku jadi terjatuh kebelakang, menghantam tubuh Seunghoon oppa hingga dia terhempas jatuh ke trotoar jalan yang keras.

 

Aku menatap dua manik mata Seunghoon oppa yang setengah mati mencemaskanku, tubuhku jatuh diatas pelukannya tentu saja aku baik-baik saja. Kenapa oppa-ku bodoh sekali, tentu saja dia harus mencemaskan dirinya sendiri yang jatuh di trotoar yang keras itu.

 

Princess, kau benar-benar baik-baik sajakan?” Seunghoon oppa memapahku untuk berdiri, perlahan-lahan oppa mengusap puncak kepalaku kemudian membersihkan debu-debu yang menempel di seragam sekolahku, aku sendiri hanya mengucek mataku sambil menahan butiran air mata yang tanpa aba-aba membasahi kedua mataku.

 

Uljima, mana yang sakit?” Seunghoon oppa berhenti melakukan aktifitas membersihkan seragam sekolahku tadi, kini dia berjongkok. Mensejajarkan tubuhnya setinggi tubuhku yang pendek.

 

Oppa mianhae!” aku langsung memeluknya, karena kebodohanku oppa jadi begini. Dan bukannya memeriksa dirinya sendiri apakah dia tidak terluka atau minimal membersihkan debu-debu di seragamnya dia malah sebegitunya mengkhawatirkanku.

 

Gwenchana Hyesun ah, semua baik-baik saja. Gwenchana…” kata-kata Seunghoon oppa tidak membuat tangisku reda tapi malah membuat air mataku terus mengalir meskipun aku terus berusaha untuk menahan nya.

 

“Kita terlambat!” Seunghoon oppa melepaskan pelukanku dan membuat kami menyudahi mellow-drama tanpa skenario tadi. Seunghoon oppa dengan cepat membersihkan debu-debu yang menempel di seragamnya lalu berdiri kembali.

 

“Nah, ayo berangkat!” Seunghoon oppa kembali menggandeng tangan Changmin yang dari tadi hanya terpaku, berperan sebagai penonton drama singkat kakak-adik keluarga Choi itu.

 

“Ulurkan tanganmu princess!” kata Seunghoon oppa yang seketika menghancurkan tembok kecemburuan di hatiku yang mendadak muncul lagi tadi, kali ini Seunghoon oppa menggandeng Changmin di sebelah kanan nya, sedangkan aku berada di sebelah kiri. Cukup adil, dan sekarang aku merasa sangat bahagia meskipun harus berbagi uluran tangan kakakku dengan bocah iblis itu.

 

Aku cukup menikmati perjalanan kami sampai, “Psst~” panggil Changmin si bocah iblis, aku hanya menatapnya sinis. Sedangkan Seunghoon oppa masih fokus pada lampu lalu lintas dihadapan kami yang tak kunjung berwarna hijau untuk pejalan kaki itu.

 

“Apa?”

 

“Tadi harusnya kau berendam dengan sampah-sampah itu, itu akan lebih menarik dari pada sekedar adegan menangis…kekeke.” bocah iblis itu terkekeh.

 

***

-THE END-

Aku pengen punya Oppa!!! >,<

Gak sabar buat nulis couple ini lagi^^

Choi Seunghoon oppa saranghaeyo, oh iya tolong bayangin dia berwajah Jang Geun Suk pas masih muda

Sampai ketemu di FF selanjutnya^^

#tebar poppo:*